Seorang mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar bertanya kepada Dr. Wididana dalam seminar bertajuk Inovasi, Tantangan, dan Peluang di Era Modern”.

Dalam upaya meningkatkan pemahaman generasi muda terhadap praktik pertanian berkelanjutan, Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar menggelar seminar bertajuk “Pertanian Berkelanjutan: Inovasi, Tantangan, dan Peluang di Era Modern”, yang berlangsung dengan antusias belum lama ini.

Acara ini menghadirkan Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr., sebagai narasumber utama. Ia merupakan pakar dalam bidang pertanian organik dan pelopor penggunaan teknologi Effective Microorganisms (EM) di Indonesia.

Salah satu momen menarik dalam seminar ini terjadi ketika Putu Gede Krena, mahasiswa Program Studi Agroteknologi semester 7, mengajukan pertanyaan seputar efektivitas penggunaan pupuk EM4 dalam proses fermentasi kompos. Ia mempertanyakan apakah peningkatan dosis EM4 dapat mempercepat proses fermentasi bahan organik.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Dr. Wididana menjelaskan secara mendalam tentang perbedaan antara proses pembusukan dan fermentasi bahan organik. Menurutnya, pembusukan atau dekomposisi melibatkan mikroorganisme pembusuk yang menghasilkan panas, gas, dan zat beracun, serta memakan waktu cukup lama, yakni antara dua hingga tiga bulan. Sementara fermentasi, yang merupakan dasar teknologi EM, hanya memerlukan waktu sekitar tiga minggu.

“Fermentasi tidak menghasilkan panas. Justru menghasilkan senyawa organik yang langsung bisa diserap akar tanaman. Di sinilah perbedaannya dengan pembusukan,” jelas alumnus Universitas Udayana dan University of the Ryukyus, Okinawa, Jepang ini.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa mikroorganisme dalam EM4 bekerja sebagai mikroba fermentasi yang berperan penting dalam penguraian bahan organik tanpa menciptakan efek samping negatif. EM4 dapat digunakan untuk mempercepat fermentasi berbagai bahan seperti sisa buah-buahan, sayuran, hingga kotoran ternak, baik dalam bentuk cair (bokashi cair) maupun padat.

Dr. Wididana juga menekankan bahwa penggunaan EM4 tidak hanya bermanfaat dalam pembuatan pupuk, tetapi juga dapat diaplikasikan langsung ke tanah untuk memperbaiki ekosistem mikroba di dalamnya. Dengan meningkatkan populasi mikroorganisme fermentasi, EM4 membantu menekan mikroorganisme patogen yang menyebabkan penyakit tanaman.

“Di dalam tanah, ada tiga jenis mikroorganisme: yang netral, yang patogen, dan yang menguntungkan. Jika mikroorganisme utama atau ‘king microbe’-nya baik, maka yang netral pun bisa terdorong menjadi positif,” terangnya.

Seminar ini menjadi ruang diskusi yang inspiratif bagi mahasiswa dan pelaku pertanian yang hadir, terutama dalam memahami penerapan teknologi ramah lingkungan seperti EM4 dalam menunjang pertanian organik yang berkelanjutan.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini