Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group.

Oleh: Dr. Wididana )*

Ada sebuah buku dengan judul yang cukup nyentrik karya Gary John Bishop: Beresin Dulu Hidupmu (Unfuk Yourself*). Buku ini menarik perhatian saya—terjual lebih dari satu juta eksemplar. Saya membelinya di toko buku, dan menikmatinya perlahan sambil menyeruput teh Bokashi Mahkota Dewa, teh sehat favorit saya. Beginilah cara saya menikmati pagi: membaca buku yang mencerahkan sambil menikmati teh yang menyehatkan.

Gary, seorang pria asal Inggris, pindah ke Amerika pada tahun 1997 dan bertransformasi menjadi motivator serta pembimbing pengembangan diri. Ia memperkenalkan filosofi urban yang bernuansa Stoik—terinspirasi dari tokoh-tokoh filsuf besar seperti Seneca, Marcus Aurelius, Aristoteles, dan Epictetus. Ia meramu kebijaksanaan klasik dengan gaya modern dan bahasa yang lugas.

Filosofi Stoik saya terjemahkan secara sederhana sebagai “ilmu cuek”—semacam prinsip emang gua pikirin, fokus pada diri sendiri, tidak ribet, santai tapi tetap terarah. Orang yang menjalani gaya hidup Stoik biasanya tenang, teguh pendirian, pekerja keras, rileks, menyukai tantangan, dan berani keluar dari zona nyaman. Dalam versi bahasa gaul lokal, Stoik bisa saya sebut sebagai Stecu (Setelan Cuek).

Melihat dari judul bukunya, Beresin Dulu Hidupmu, kita bisa menangkap keresahan banyak orang modern yang hidupnya tidak beres. Tak heran jika buku ini dibaca lebih dari satu juta orang—banyak yang merasa butuh dibantu untuk “membereskan hidup”. Ini adalah strategi pemasaran buku yang cerdas: melihat peluang sambil memberikan solusi nyata bagi mereka yang butuh perubahan.

Lalu, mengapa banyak orang hidupnya tidak beres? Semua itu bermula dari pikirannya yang kacau. Pikiran yang tidak beres akan berdampak pada ucapan dan tindakan yang tidak beraturan. Orang yang hidupnya tidak beres biasanya tidak punya tujuan yang jelas—atau justru punya tujuan yang terlalu muluk dan tidak realistis.

Di sinilah pentingnya tindakan (action) sebagai pembeda utama antara orang sukses dan gagal. Pikiran itu letaknya sangat dalam, tersembunyi dalam diri, dan sulit terbaca. Maka, agar lebih mudah dipahami, nasihat bijak tentang “nasibmu berawal dari pikiranmu” bisa lebih mengena bila dikemas dalam bentuk tindakan. Seperti dalam kalimat asertif yang tegas dan menyentil: “Aku bukanlah pikiranku. Aku adalah tindakanku.”

Banyak orang pintar gagal bukan karena kurang pengetahuan, tapi karena kurang bertindak. Mereka kurang berani, kurang percaya diri, kurang percaya pada kemungkinan, kurang tekun, kurang mencintai pekerjaannya, dan kurang fokus.

Bagi mereka yang merasa hidupnya belum beres, buku Beresin Dulu Hidupmu bisa jadi bacaan yang mencerahkan—terlebih jika dibaca sambil menyeruput teh sehat Bokashi Mahkota Dewa. Jadi tidak hanya pikiran yang dibersihkan, tapi tubuh pun ikut menjalani proses detoks.linktr.ee/pakolescom

)* Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini