Oleh: I Gusti Ketut Riksa )*
Literatur kuno mengatakan bahwa mata tanpa prana “buta”, telinga tanpa prana “tuli” hidung tanpa prana tidak dapat membedakan “harum dan busuk” kulit tanpa prana tidak dapat merasakan “halus dan kasar” lidah tanpa prana tidak bisa membedakan “sad rasa” seperti manis, pahit, masam, asin, pedas dan kesaya “(pengah bahasa Bali). Bahkan kaki tanpa prana ‘lumpuh”.
Literatur ini juga mengatakan selain yang biasa kita sebut panca-indra masih ada juga pengindraan lainnya yang disebut dasendriya (10 indriya) bahkan ada yang menulis 11 indria (ekadasa), beberapa diantaranya seperti dubur, kemaluan kaki kerongkongn yang disebut (prana maya kosa) dan lainnya. Para resi mengatakan bahwa semua itu bukanlah panca indra tetapi organ tubuh yang berfungsi untuk menyalurkan “prana” lazimnya disebut “panca golaka marga”.
Dari uraian ini dapat disimak bahwa organ itu dapat juga kelihatan sehat secara phisik, namun bisa juga masih kekurangan benda mata fisik yang disebut “prana”. Prana dapat mengalami degenerasi, melemah, setelah meninggal prana itu hilang sama sekali dittander oleh hilangnya “prana maya kosa) yang dicirikan dengan berhentinya pernafasan sebagai ciri kematian secara total. Hal ini telah dikenal oleh para resi beberapa ratus bahkan ribu tahun yang lalu.
Terjemahan prana menjadi “life power baru dikenal kurang dari 100 tahun bahkan ada yang menyatakan baru-baru 10 tahun lalu, ini berarti para resi zaman dulu telah menulisnya secara rinci, namun kalimat-kalimatnya sulit dipahami.
Phithagoras menyatakan: “Hanya makanan yang hidup segar dapat menjadikan manusia “memahami kebenaran”. Kita semua tahu bahwa semua hidup dan kehidupan memperoleh energi dari matahari seperti asimilasi pada tanam-tanaman. Tumbuh tumbuhan hijau, buah-buahan, saur-sayuran menyimpan energi ini pada batang, ranting, daun, buah dan biji.
Biji-bijian dan bahkan kelapa, kemiri,keloak menyimpanya dalam kulit buah yang tebal dan kuat, sehinga energi ini bisa tersimpan lama. Batang tanaman bila dipotong bisa tumbuh tunas baru, biji tanaman setahun pun tersimpan bila disemai masih bisa tumbuh menjadi tanaman baru, namun semua tanaman tidak memiliki prana yang sama banyaknya.
Lain halnya dengan binatang, begitu disembelih prananya hilang. Sejak itulah daging itu mengalami pembusukan, labih-lebih bila disimpan dalam lemari pendingin, diberi pengawet dan lainnya, tidak akan memberi prana yang segar; meskipun terkadang mengandung sedikit prana, prana itu sudah rusak dan hancur lebur.https://linktr.ee/em4
)* Staf Ahli PT Songgolangit Persada & Instruktur Institut Pengembangan Sumberdaya Alam (IPSA).