Konsumsi Mewah Untuk Tanah-Tanaman

0
150
Tanaman sayuran tumpang sari tumbuh subur dengan pupuk organik Bokashi Kotaku aplikasi EM4 di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Oleh: Ir. I Gusti Ketut Riksa *)

Para petani dan masyarakat umumnya hingga saat ini hanya memberikan pupuk untuk meningkatkan hasil panennya, padahal meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, asalkan masih dalam koridor pupuk organik/alami.
Komponen alami itu terdiri atas tanah, air, udara, angin, cahaya, kelembaban, pH dan lain-lain. Semua itu mempunyai andil dalam meningkatkan produksi. Kita belum mengetahui mana dari komponen alam itu yang menjadi penyebab utama, penyebab sekunder, tertier dari rendahnya poduksi itu.

Demikian juga belun tahu dengan jelas berapa besaran produksi potensial yang bisa dicapai masing-masing tanaman, apalagi dikembangkan di berbagai lokasi yang berbeda. Berangkat dari ketidak tahuan itu, lakukan saja beberapa anjuran teknologi yang telah ditemukan oleh para-ahli, peneliti, mudah-mudahan semua itu dapat meningkatkan produksi, karena jenjang produksi masih berpeluang sangat besar, jika dibandingkan dengan tingkat produksi yang telah ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Jepang.

Dengan cara ini kita akan berpeluang memperoleh hasil produksi yang senantiasa lebih tingi dari produksi sebelumnya. Waktu saya masih duduk di Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Negeri Mataram, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenal istilah konsumsi mewah.

Oleh para guru pengajar disarankan, berikan saja pupuk apa adanya meskipun yang diberikan itu bukan merupakan faktor minimum yang sedang dihadapi oleh tanaman, cuma saja dosisnya jangan terlalu tinggi. Pemberian pupuk inilah yang disebut ”konsumsi mewah”. Sebagai salah satu contohnya adalah, jika kita menemukan gejala kekurangan phosfat pada suatu tanaman, sedangkan kita tidak memiliki pupuk phofat, pupuk lainpun dapat diberikan, pupuk lain itu masih berpotensi meningkatkan produksi tanaman.

Oleh para guru disarankan, berikan saja pupuk apa adanya seperti kalium meskipun yang diberikan itu bukan merupakan faktor minimum.
Contoh lain lagi, setiap orang mengharapkan dapat hidup sehat, pada suatu saat kita menemukan orang setengah baya sedang mejeng di pinggir jalan dengan tongkat disebelahnya.

Setelah melakukan wawancara dengannya, ternyata orang itu hidup sebatang kara dan kelihatannya kekurangan gizi. Terhadap orang ini tidak dapat dianjurkan makan makanan bergizi saja. Untuk bisa hidup sehat, selain asupan gizi diperlukan air bersih, udara bersih lingkunan yang bersih, olah raga teratur, hidup secara hegyenias, tempat kerja yang nyaman phisik dan mental yang nyaman pula. Pendek kata semua harus dilakukan secara holistik.

Identifikasi permasalahan memang sangat penting untuk mengetahui penyebab yang utama sehingga dapat menyelesaikan suatu masalah lebih sintas. Pribahasa mengatakan bila kita mampu menyelesaiakan pekerjaan hanya 80%, lakukan saja sebatas kemampuan karena yang 20% nya akan dibantu oleh energi yang tidak kasat mata.https://linktr.ee/em4

*) Staf Ahli PT Songgolangit Persada dan Instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini