Vegetarianisme menjadi trend baru dalam kehidupan masyarakat modern, dengan alasan kesehatan , kesejahteraan hewan, pengaruh keluarga, peduli lingkungan dan lain-lain.
“Vegetarian adalah gaya hidup dengan menerapkan pola makan tanpa mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan seperti daging sapi, kambing serta makanan laut yakni ikan dan kerang-kerangan,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Ia yang juga Instruktur Effective Microorganisms (EM) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali itu menambahkan, disadari atau tidak selama 20 tahun terakhir terjadi banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan yang mengarah untuk kemajuan, namun juga terbias pada krisis ekonomi.
Semua krisis berakibat pada perubahan pola hidup, terutama bagi masyarakat yang tinggal dan hidup di kota-kota besar. Sebaliknya perubahan pola makan sering pula memicu merebaknya berbagai krisis sehingga terbias negatif pada sendi-senti kehidupan manusia.
Oleh sebab itu semua perubahan melahirkan paradigma baru untuk menguatkan ekonomi, pengobatan alternatif, tempat tinggal, tempat kerja yang ramah lingkungan serba organik.
Gusti Ketut Riksa mengutif pendapat Dada Shiilabhadrananda (2010) menyebutkan, bahwa sejumlah alasan memilih vegetarian karena faktor kesehatan (48 persen), kesejahteraan hewan (15 persen), pengaruh keluarga (12 persen), alasan etis ( 5 persen), peduli lingkungan 4 persen) dan alasan lain (9 persen).
Vegetarian dipopulerkan oleh The Vegetarian Society of The United Kongdom (masyarakat Vegetarian Inggris) tahun 1847. Secara khusus mereka mengartikan vegetarian sebagai kumpulan orang-orang yang bertujuan untuk menghindari makan daging merah dan makan berdaging.
Saat ini terdapat beberapa katagori vegetarian pertama Lakti Ovo Vetetarian yakni mereka yang mengkonsumsi produk susu dan telur. Kedua Lakto vegetarian yakni mereka yang makan produk susu namun menghindari telur.
Ketiga vegan (vee-gan) mereka tidak makan telur dan juga susu. Kelompok vegan hanya makan biji-bijian, polong-polongan, buah dan sayur. Keempat frutarian yakni mereka yang hanya mengkonsumsi buah-buahan saja dan kelima flexitarian (semi vegetarian) yakni mereka mengikuti diet nabati, namun kadang-kadang makan daging, ikan, telur dan susu serba sedikit.
Keenam raw foodist yakni kelompok masyarakat yang menyerupai vegan, namun makanannya tidak dimasak (makan makanan mentah).
Gusti Ketut Riksa menambahkan dari sudut pandang yoga, manusia selalu berada dalam daya-daya alam termasuk di dalamnya makanan. Pada intinya orang-orang yang mengikuti yoga menganut tiga prinsip dasar, pertama prinsip satvika yakni prinsip yang paling halus berkaitan dengan kesadaran, kemurnian, kebahagiaan, kehalusan rasa dan kecerahan.
Kedua prinsip Rajasika yakni sifat yang berkaitan dengan perubahan, pertumbuhan, gerakan, kegelisahan dan kegiatan. Ketiga prinsip Tamasika (statis) yang berkaitan dengan kelayuan, kemerosotan, kebodohan, kemelasan dan kelambanan.
Makanan satvik menurut Dada Shiilabhadrananda sangat baik untuk kesehatan dan pikiran, menumbuhkan perasaan cinta dalam diri untuk mencapai mental yang lebih tinggi seperti meditasi, kesenian dan musik yang lebih halus.
Hal itu akan membawa kedamaian, ketenangan pikiran, membuat menjadi lebih peka, lembut, lebih menyadari kebutuhan orang lain, pengendalian diri dan keseimbangan mental.
Beberapa contoh makanan satvik antara lain biji-bijian, polong-polongan, sayur mayur, buah-buahan, kacang-kacangan. Selain itu produk susu, susu segar, mentega, keju, bumbu-bumbuan ringan pemanis alami dan minuman herbal, tutur Gusti Ketut Riksa.