Ternak Kambing Sentuhan EM Hasilkan Susu Segar

0
192
Seorang pekerja di UD Karya Etawa Farm, Jalan Istana Susu Banyuwangi sedang memberi pakan pada sejumlah kambing penghasil susu.

Oleh: Putu Wirnata
Pengembangan ternak kambing sanggup meningkatkan pendapatan petani dua kali lipat setiap tahunnya, dibandingkan hanya khusus mengembangkan satu jenis tanaman pertanian seperti padi, ataupun perkebunan tanaman kopi maupun jenis tanaman produktif lainnya.

Keterpaduan antara ternak kambing dengan komoditas lainnya mampu memberikan tingkat kesejahteraan bagi peternak yang lebih baik seperti yang dilakoni seorang peternak Abdulazis (41), sosok pria enerjik di Secang Selatan, Kalipura, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Suami dari Nyonya Kasiani (35) itu mengelola usaha UD Karya Etawa Farm, di Jalan Istana Susu Banyuwangi itu, mengembangkan ternak kambing jenis Etawa sejak tahun 1998 dan lima tahun kemudian (2003) ternak piaraannya itu mulai menghasilkan susu kambing segar.

Awalnya ternak kambing jenis unggul yang dipeliharanya itu hanya beberapa ekor saja yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Ternak kesayangan yang dirawat dengan intensif itu setiap tahunnya terus berkembang hingga kini mencapai 300 ekor.

Dari ratusan ternak kambing yang dipeliharanya secara organik dengan sentuhan Effective Microorganisms 4(EM4)peternakan produksi PT Songgolangit Persada (SLP), agen tunggal yang merupakan satu-satunya di Indonesia yang mendapat lisensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang.

Dari sekitar 300 ekor kambing berbagai jenis yang dipeliharanya dalam kandang yang ditata apik itu, 100 ekor diantaranya sudah menghasilkan susu dan 200 ekor sisanya dalam proses penggemukan.

Mengawinkan Ternak Kambing
Sosok Abdulazziz, ayah dari dua orang putri itu awalnya hanya memelihara ternak kambing dengan populasi yang sangat terbatas sehingga susu perahan yang diperoleh setiap hari hanya sedikit.

Berkat kerja keras, tekun dan keinginan untuk maju ternak piaraanya dapat ditingkatkan populasinya yang kini mencapai 300 ekor, 100 ekor di antaranya telah menghasilkan susu yang diperoleh setiap harinya.

Penambahan ternak kambing itu dilakukan dengan melakukan kawin silang diantara ternak peliharaannya yang terdiri beberapa jenis kambing yang kemudian dikembangbiakkan.
Awalnya memelihara kambing jenis Jawa Randu, Peranakan Etawa (PE) setelah itu muncul kambing bertubuh besar yakni Kambing Etawa Ras Kaligesing dari Kabupaten Purworejo dan Kambing Senduro.

Melihat kebutuhan dan permintaan susu yang terus meningkat, sosok peternak yang tekun dan teliti itu mencoba mengawinkan (breeding) dengan kambing imfor yang didatangkan dari Swis dan Australia. Setelah pejantan kambing imfort dikawinkan peranakannya menjadi kambing sapera yang dapat menghasilkan produksi susu lebih banyak.

Kambing peranakan jenis unggul tersebut mampu memproduski susu dua kali lipat dibandingkan Kambing Etawa. “Jadi sekarang ini sudah 50 persen merupakan kambing safera silangan antara Etawa, PE, Jawa Randu yang dikawinkan dengan kambing asal Swis tersebut. Sekarang sudah menjadi kambing sapera dari f1 hingga f5. Dan produksi susu perekor yang awalnya hanya 1 liter sekarang sudah mencapai 4 liter,”ujar ayah dari putri itu.

Abdulazis mengungkapkan, sebelumnya kambing lokal yang diperah sebanyak 100 ekor hanya dapat menghasilkan produksi susu 70-100 liter per hari. Namun sekarang dengan jenis kambing sapera, dari 70 ekor kambing bisa memproduksi hingga 200 liter susu setiap hari.

Dari segi pemasaran sangat lancar tanpa mengalami kendala, karena permintaan susu kambing terus meningkat. “Hal itu berkat kebutuhan susu kambing cukup tinggi berapapun persediaan selalu habis dibeli konsumen sekitarnya. Selain itu juga ada permintaan dari Jogyakarta, Madura, Surabaya dan Bali.

Dalam menjaga kesehatan ternak kambing dan lingkungan kandang, Abdulazis selama ini secara konsisten menggunakan EM4 produk dari PT. Songgolangit Persada. Ia rutin membuat silase dari hijauan yang difermentasi dengan EM4 untuk pakan ternak kambingnya.

“Saya menggunakan EM4 untuk membuat silasa dimana dengan EM pakan bisa bertahan lebih lama. Dengan pengunaan EM pada pakan ternak akan mampu menambah protein sehingga ternak selalu sehat.

Abdulazis sejak awal merintis usaha peternakan kambing sudah menerapkan EM4 sehingga pertumbuhan ternak menjadi sangat bagus, kotoran kambing tidak berbau dan lingkungan kandang menjadi sehat. Selain untuk pakan, ia juga memberikan minum ternak kambing dengan EM dan secara rutin menyiram atau membersihkan kandang menggunakan EM4.

“Alhamdulillah pertumbuhan kambing di sini tidak ada yang kurus dan ini sangat berpengaruh terhadap produksi susu,” ujarnya. Untuk kotoran ternak kambing, Abdulazis mengatakan banyak masyarakat yang datang untuk membeli, karena memiliki kualitas sangat bagus sebagai bahan pupuk organik.

Sementara Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Prof. Dr. Ir. Ni Nyoman Suryani, Msi dalam kesempatan terpisah mengungkapkan, sumber pakan sepenuhnya berasal dari input yang ada secara optimal dengan memperhatikan persyaratan organik. Budidaya ternak kambing organik dipenuhi melalui kombinasi antara penyediaan pakan yang ditumbuhkan secara organik yang berkualitas baik.

Pengaturan kepadatan populasi ternak, sistem budidaya ternak yang sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya, serta cara pengelolaan ternak yang baik yang dapat mengurangi stres dan berupaya mendorong kesejahteraan serta kesehatan ternak, mencegah penyakit dan menghindari penggunaan antibiotika.

Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang berorientasi pada pemanfaatan bahan-bahan alami (local) tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintesis seperti pupuk dan pestisida, bertumpu pada peningkatan produksi, pendapatan serta berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Pada pertanian organik, ternak harus dipelihara secara organik sejak lahir. Mendapatkan pakan yang cukup dan berkualitas baik untuk kebutuhan hidup dari hijauan organik. Produksi organik mendukung dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan hewan melalui pakan organi seimbang, lingkungan bebas stres dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap penyakit, parasit, dan infeksi.

Menerapkan sistem manajemen organik dalam proses produksi peternakan organik. Ada sinergisme yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tanamannya, kemudian memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak, katanya. https://linktr.ee/em4 #EM4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini