Direktur Utama PT Karya Pak Oles Grup Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr menegaskan, tiga kali perayaan Hari Suci Nyepi tahun baru saka bagi umat Hindu di Bali tidak disertai arakan ogoh-ogoh, sehingga ada sesuatu terasa kurang, dan kali ini baru ada pawai kreativitas anak-anak muda dan itupun skala kecil.
Di tengah pandemi Covid-19 yang ditandai adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan selalu disertai dengan mencuci tangan, pakai masker dan jaga jarak menyebabkan aura Nyepi sangat terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kata Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles pada Simakrama Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944 yang jatuh pada 3 Mret lalu sekaligus motivasikaryawan agar kedepan tetap semangat dan kreativitas kerja tinggi.
Hari Suci Nyepi yang dirayakan setiap 420 hari sekali tanpa aktivitas apapun itu dinilai sangat penting untuk melakukan instrospeksi diri (mulatsarire) kenapa ada virus, penjualan menurun, banyak perusahaan yang berhenti dan sebagainya yang semuanya itu tidak ada jawabannya di dalam buku yang pernah kita pelajari di bangku sekolah atau bangku kuliah.
Semua jawabannya itu harus dicari melalui kontenflasi atau nyepi, instropspeksi diri. Bali ketika pariwisata normal sebelum covid-19 tergolong sebagai daerah yaqng sangat sibuk, bahkan sampai ada yang menggelar kegiatan rapat di hotel pada hari pelaksanaan Catur Brata Penyepian itu yakni tidak bekerja, tidak menyalakan api, tidak bepergian, tidak mengumbar hawa nafsu dan tidak bersnang-senang.
Dulu kalau ramai atau macet di jalan raya, kita semua sering marah-marah, demikian pula kalau sepi sekarang ini juga marah karena penjualan berbagai jenis produk tidak lancar, sehingga harus melakukan introspeksi diri. Kalau dulu sepi itu indah sekarng justru ramai itu yang indah karena jika ke pusat perbelanjaan atau lapangan olahraga yang ramai banyak pengunjung kita jadi senang.
Selama tiga kali perayaan Hari Suci Nyepi di masa pandemi Covid-19 baru kita tahu Bali sangat rentan terhadap ekonomi, karena 80 persen masyarakat kehidupannya tergantung dari sektor pariwisata. Apakah pariwisata Bali yang selama ini menjadi tumpuan harapan sebagian besar masyarakat bisa dilupakan.
Jawabannya kita bisa lihat tahun depan, dua tahun lagi atau tiga tahun lagi, karena generasi itu selalu berubah, mudah-mudahan Bali masih tetap diingat warga negara Australia yang jaraknya paling dekat dan paling banyak jumlahnya berliburan ke Bali, disamping wisatawan dari berbagai negara di belahan dunia yang senantiasa menjadikan Pulau Dewata sebagai tempat berliburan yang aman dan nyaman, ujar Pak Oles. linktr.ee/pakolescom #pakoles #minyakbokashi