Oleh: Ir I Gusti Ketut Riksa)*
Banyak klaim dari Prof. Dr. Teruo Higa mengenai kemampuan teknologi Effective Microorganisms (EM). Menurutnya, apabila teknologi ini diterapkan secara berkelanjutan, dampaknya tidak hanya terbatas pada bidang pertanian secara luas, tetapi juga dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan lainnya, seperti di bidang kesehatan, industri, energi, dan lingkungan.
Namun, Prof. Higa memilih untuk tidak mengungkapkan seluruh potensinya agar tidak dianggap berlebihan, setidaknya cukup untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Ia berharap teknologi ini terus digunakan karena sejumlah dampaknya yang luar biasa baru akan terlihat setelah akumulasi antioksidan dalam tanah mencapai jumlah yang cukup.
Artinya, sebagian dampak teknologi EM bisa langsung terlihat, namun ada juga dampak lain yang baru akan muncul dalam jangka waktu tertentu. Ia menegaskan temuannya dengan pernyataan bahwa “teknologi EM tidak pernah gagal.”
Ternyata, mikroba dalam tanah mampu menghasilkan tambahan energi yang bermanfaat. Mikroba baik ini senantiasa memberikan kontribusi positif bagi bumi dan masa depan manusia. Inilah yang dimaksud dengan konsep “An Earth Saving Revolution.”
Istilah “saving” di sini bukan berarti menyimpan uang di bank, melainkan akumulasi antioksidan di dalam tanah yang mampu menekan proses degenerasi, oksidasi, pelapukan, dan pencemaran di bumi. Bayangkan apa yang akan terjadi pada bangunan-bangunan besar jika tidak ada kekuatan regeneratif dari mikroba di dalam tanah. Menurut Prof. Higa, sebanyak 80% umur semua benda di bumi diselamatkan oleh antioksidan.
Kontribusi EM di Bidang Pertanian
Di bidang pertanian, Prof. Higa mengklaim bahwa teknologi EM mampu menyokong kebutuhan pangan hingga 10 miliar penduduk dunia. Saat ini, ia telah berhasil memproduksi 27 ton beras per hektare dan menyatakan bahwa tidak sulit untuk meningkatkannya hingga 30 ton per hektare.
Ia juga telah berhasil menghasilkan: 8 tongkol jagung per pohon, 300 buah tomat per pohon, 4 buah mentimun di setiap ruasnya, serta peningkatan produksi berbagai jenis tanaman lainnya dengan menggunakan teknologi EM.
Menurutnya, teknologi EM mampu memperbaiki kualitas tanah dari segi struktur, tekstur, dan biologi tanah. EM juga dapat meningkatkan keseragaman tanaman, baik dalam pertumbuhan maupun produksi, termasuk keseragaman antara tanaman pinggir/sela dan tanaman dalam barisan. Pada buah-buahan, teknologi ini dapat menyamakan ukuran, warna, dan cita rasa buah.
Mekanisme EM dan Potensi Masa Depan
Di dalam tanah, mikroba EM bersimbiosis secara mutualistik antara mikroba aerob dan anaerob, menciptakan antioksidan yang sangat menakjubkan. Menariknya, cara kerja ini belum dapat dijelaskan secara lengkap oleh ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.
Peningkatan produksi yang telah disebutkan sebelumnya bahkan belum termasuk temuan-temuan terbaru dari berbagai negara yang sedang mengembangkan teknologi pertanian di daerah ekstrem seperti Gurun Sahara, Gurun Gobi, Gurun Sinai, dan lainnya. Mereka memanfaatkan peralatan canggih dan teknologi modern. Jika semua temuan ini dikombinasikan, harapan terhadap ketahanan pangan global akan semakin besar.
Penutup: Filsafat Ketahanan Pangan
Dalam konteks ini, filsafat lama dari para orang tua—ananta boga (a = tidak, nanta = habis, boga = makanan)—yang berarti “makanan tidak akan habis”, memang mengandung kebenaran. Namun, meskipun makanan berlimpah, penyakit dan peperangan tetap menjadi tantangan utama bagi umat manusia.
Uraian di atas dapat dimaknai bahwa Tuhan telah menyediakan segalanya, tetapi manusia tetap harus berinovasi, bekerja, dan terus bekerja agar perubahan situasi dan kondisi di dunia ini menjadi semakin baik. Seperti burung-burung di alam: meskipun makanannya tersedia melimpah, Tuhan tidak menempatkannya langsung di sarang mereka. Artinya, manusia harus tetap berusaha dan bekerja keras.
)*Staf Ahli PT Songgolangit Persada & Instruktur IPSA Bali.