Siang itu, ada pemandangan yang berbeda di halaman rumah Elfi, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah, yang terletak di Kelurahan Balai-Balai, Kecamatan Padang Panjang Barat.
Biasanya, halaman itu hanya menjadi tempat berkumpul santai, tapi
suasana berubah menjadi semacam “laboratorium kecil” yang riuh dan penuh semangat.
Suara ketukan golok bercampur dengan tawa ibu-ibu yang sibuk mencacah daun, batang, dan limbah dapur organik. Di bawah cahaya matahari yang bersahabat, mereka mengikuti pelatihan membuat pupuk kompos organik, sebuah langkah sederhana tapi bermakna dalam menjaga bumi.
Dipandu langsung oleh Koordinator Penyuluh Pertanian, Murniati, dan Penyuluh Lapangan, Riko, pelatihan ini mengajarkan cara menyulap limbah organik rumah tangga menjadi kompos kaya nutrisi. Tekniknya pun sederhana dan ramah lingkungan.
“Tumbuhan titonia, sekam padi, ampas buah, sisa sayuran, hingga abu jerami bisa dicampur jadi satu. Lalu kita tambahkan bioaktivator EM4, cairan mikroorganisme yang dapat mempercepat fermentasi,” ujar Murniati sambil menunjukkan bahan-bahannya.
Setelah dicampur, adonan kompos ini dimasukkan ke karung dan dibiarkan selama 21 hari. Hasilnya? Kompos siap pakai yang bisa menyuburkan kebun sayur atau taman rumah. Seperti yang diulas https://www.pasbana.com/2025/04/dari-dapur-ke-kebun-aksi-ibu-ibu-padang-panjang-ubah-sampah-jadi-berkah.html
Menariknya, bahan-bahan itu mudah didapat. Tak perlu beli mahal, cukup kumpulkan dari sisa dapur harian. “Kompos ini bisa jadi solusi pertanian ramah lingkungan sekaligus upaya mengurangi sampah,” ungkap Murniati.https://linktr.ee/em4