
Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP) sekaligus founder EM4, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, menjadi pembicara dalam Kuliah Umum Revolusi Pertanian Organik yang diselenggarakan Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda. Acara berlangsung secara daring melalui Zoom dan diikuti lebih dari 100 peserta yang terdiri dari akademisi, mahasiswa, dan pelaku pertanian.
Kuliah umum bertajuk “Memanfaatkan Bokashi sebagai Pupuk Ramah Lingkungan Guna Mendukung Ketahanan Pangan dan Strategi Pertanian Berkelanjutan” ini menjadi salah satu agenda penting dalam mendukung upaya transformasi pertanian ramah lingkungan di Indonesia.
Dekan Fakultas Pertanian: Kegiatan Ini Perkuat Konektivitas Akademik dan Industri
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Lin Arsensi, SP., MP., IPM, menyampaikan apresiasi atas kesediaan Dr. Wididana berbagi ilmu dan pengalaman terkait teknologi Effective Microorganisms (EM) dan praktik pertanian organik.
“Kami berharap kegiatan ini menjadi wujud nyata dalam memperluas cakrawala berpikir, meningkatkan kompetensi, serta membangun konektivitas antara dunia akademik dan industri,” ujarnya.
Acara ini digagas oleh Program Studi Agroteknologi sebagai bentuk komitmen menghadirkan edukasi pertanian berkelanjutan yang relevan dengan tantangan masa kini.
Paparan Dr. Gede Ngurah Wididana: Menyelamatkan Bumi dengan Revolusi Pertanian Organik
Dalam materi berjudul “Revolusi Pertanian Organik dengan Teknologi EM”, Dr. Wididana mengulas urgensi perbaikan kualitas tanah, air, dan udara melalui teknologi mikroorganisme efektif.
Alumnus University of the Ryukyus, Okinawa, Jepang, itu menjelaskan bahwa istilah revolusi menandakan perubahan cepat yang harus dilakukan untuk menyelamatkan bumi dari pencemaran lingkungan.
Ia mengutip buku Prof. Teruo Higa, penemu Teknologi EM, berjudul “An Earth Saving Revolution”. Menurutnya, pencemaran lingkungan yang meliputi tanah, air, dan udara telah mengganggu ekosistem global mulai dari sungai, laut, hingga lahan pertanian.
“Bumi perlu dijaga dengan gerakan cepat karena pencemaran di abad ke-21 menyebabkan terganggunya ekosistem. Tanah menjadi kurang subur, air tercemar, udara semakin kotor,” jelas pria yang akrab disapa Pak Oles tersebut.
Dampak Pencemaran Lingkungan pada Kesehatan Manusia
Dr. Wididana menegaskan bahwa pencemaran tidak hanya berdampak pada alam, tetapi juga berimbas pada kesehatan manusia: makanan terkontaminasi pestisida dan bahan kimia, proses industri makanan yang menggunakan bahan pengawet, pemanis, dan perasa, polusi informasi yang membuat masyarakat modern rentan stres, insomnia, kecemasan, hingga psikosomatis.
“Manusia modern mudah mengalami distraksi dan kebingungan informasi. Ini memicu penyakit mental seperti kecemasan, stres, dan insomnia,” tambahnya.
Gerakan Menyelamatkan Bumi dengan Teknologi EM
Menurutnya, solusi harus dimulai dari tanah sebagai sumber kehidupan. Teknologi EM mampu memperbaiki kualitas tanah yang tercemar, meningkatkan kesuburan lahan, serta mendukung regenerasi alami lingkungan.
“Gerakan menyelamatkan bumi dimulai dari meningkatkan kualitas tanah, air, dan udara. Jika tiga elemen ini membaik, kualitas hidup manusia juga ikut meningkat,” tegasnya.
Komitmen Menuju Pertanian Berkelanjutan
Kuliah umum ini diharapkan menjadi momentum penguatan paradigma pertanian berkelanjutan di lingkungan akademik dan praktisi lapangan. Teknologi EM diyakini mampu menjadi solusi nyata dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional berbasis sistem organik dan ramah lingkungan.https://linktr.ee/em4
