Staf ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menunjukkan produk EM4 untuk pertanian.

Oleh: Ir. I Gusti Ketut Riksa )*

Menurut pendapat para ahli, penerapan teknologi kimia dipertanian memiliki berbagai kelemahan bila dibandingkan dengan teknologi organik. Itulah sebabnya menurut Internationali Fedration of Organik Agriculture Movement, teknologi kimia segera harus diganti dengan teknologi organik agar hal-hal negatif tentang teknologi kimia tidak terus berlanjut. 

Perintah pengalihan itu dilakukan tahun 1982 pada saat dilakukannya aplikasi pertama teknologi EM. Pada saat itu pula para ahli langsung mendirikan  suatu lembaga yang disebutnya International Nature Farming Research Centre (INFRC) yang berkedudukan di Atami-Jepang.

 Jauh sebelumnya  yakni ditahun 1972, IFOAM telah memerintahkan kepada semua slag ordenya diseluruh dunia untuk melakukan penelitian tentang regenerasi, nature, bio dynamic, biological,  dan  segala yang berbau alami. 

Dilain pihak pada tahun 1968 Prof. Truo Higa sudah mulai melakukan research  yang bertemakan mikroba, sekarang dikenal dengan  Teknologi Effektive Microorganisme (EM).  Berkat keberhasilan para peneliti dan pencintanya  teknologi EM telah menjadi teknologi idola dunia.

Beberapa-masalah yang telah terjadi dalam teknologi kimia selama kurang lebih 50 tahun antara lain: Menurut  Departemen pertanian Amerika Serikat, sebelum penerapan teknologi kimia kandungan bahan organik lahannya sebesar 60%, sekarang tinggal 5%.

Demikian juga kandungan nilai gizinya , seperti bayam 50 tahun yang lalu kandungan Fe nya sebayak 13 mg sekararang tinggal 2 mg ,kadungan vitamin C pada tomat turun dari 81 mg menjadi 41 mg, kadungan vit C pada wortel turun dari 10 mg menjadi 4 mg untuk setiap 100 gram bahan. Tentu hal ini berpengeruh juga pada kesehatan orang dan hewan yang mengkonsumsinya.

Demikian juga kandungan unsur mikro yang berperan baik untuk pencerahan, kerja indokrin dll, kandungan tanaman organik jauh diatas tanaman yang dibesarkan dengan pupuk, pestisida dan herbisida kimia sinthetik antara lain  Kalsium 63% lebih tinggi, Kronium 78% lebih tinggi, Iodine 73% lebih tinggi, besi 59% lebih tinggi, magnesium 138% lebih tinggi, potassium 125 % lebih tinggi, Selenium 390 % lebih tinggi, zeng 60% lebih tinggi dan lain lain.

Tanaman organik mampu membuat antioksidan bila terserang hama maupun penyakit, namun bila tanaman tersebut disemprot deban pestisida kimia tanaman tersebut tidak lagi mengeluarkan antioksidan.Tanaman organik (gandum, berry) kandungan antioksidannya du kali lipat dibandingkan tanaman tersebut bila dikelola secara kimiawi.

Pertanian kimia juga dikenal sebagai teknologi “mahal” kerena  dosis pemakaian pupuk dan pestisidanya terus betambah agar tingkat produksinya tidak menurun . Awal teknologi kimia di Indonesia dilakukan pada pergantian musim tanam 1969/1970, pada saat itu hanya menggunakan 1 zak urea untuk I hektarnya, namun setiap PELITA bahkan pertahunnya terjadi peningkatan dosis beserta jenis pupuknya, diahir PELITA IV telah terjadi peningkatan jumlah dan jenisnya menjadi; urea 4 zak, TSP 2 zak KCL 1 zak, demikian juga penggunaan pestisidanya.

Sampai dengan tahun 1988 tercatat 500 spesies serangga kebal pestisida, 504 Arthropoda tahan pestisida sampai dengan ditahun 1995 tercatat 2 juta menderita keracunan, diantaranya 45.000 orang mati karena pestisida. Di dunia tercatat 200.000 orang mati setiap tahunnya karena pestisida.  Dari depertemen perkebunan diperoleh data bahwa banyak produk pertanian kita yang ditolak dipasar dunia.

Kopi ditolak di Jepang karena mengandung residu Carbaryl, tembakau di Eropa karena mengandung residu Carbendazim,thiofatmetil dan glyphosat, minyak sawit di Spanyol karena mengandung residu dioksin, kakao di Jepang kerena mengandung residu 2.4. D, kayumnis di Yunani kerena mengandung kapang dan serangga, pala di Uni Eropa kerena mengandung alfatoksin, teh di Eropa karena mengandung residu antraquinon dll.

Dari data-data diatas dapat disimak bahwa teknologi kimia dipertanian tidak memberi keuntungan secara fisik dan spiritual kepada produsen dan konsumen maka teknologi ini harus di ganti dengan teknologi lain yang dapat memberikan keuntungan baik kepada konsumen maupun produsen, ramah lingkungan dan berkelanjutan dan sanggup memberikan pangan bagi semua penduduk dunia.https://linktr.ee/em4

)* Staf Ahli PT Songgolangit Persada & Instruktur IPSA Bali.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini