Dr. Wididana dalam aktivitas International Yoga Day di Villa IPSA di Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng.

Instruktur yoga internasional Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr bepandangan Pulau Bali sangat strategis untuk kegiatan pengembangan yoga dengan didukung oleh kondisi budaya, alam dan masyarakatnya.

“Guru-guru yoga akan datang dari berbagai penjuru dunia untuk mengajarkan murid maupun calon muridnya melalui informasi dari media sosial,” kata Wididana yang biasa disapa Pak Oles ini dalam perbincangannya di Denpasar.

Selain itu, untuk pengembangan yoga di Bali juga didukung dengan kesiapan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, hotel-hotel, maupun kuliner yang berhubungan dengan yoga. “Saudara-saudara kita dari berbagai daerah di Nusantara juga senang mengikuti pelatihan-pelatihan guru yoga bersertifkat yang diadakan di Bali,” ucap Wididana yang juga pencipta yoga keseimbangan dan keberanian (Sembrani) ini.

Namun, ia menegaskan, dengan berbagai potensi yang dimiliki Bali untuk pengembangan yoga tersebut, tentunya harus didukung oleh kesiapan masyarakat Bali yang tentunya harus menggemari yoga. “Kalau masyarakat kita tidak suka yoga, maka justru kita akan menjadi penonton di daerah sendiri. Yang beryoga sehat, yang menonton yoga malah sakit. “Itu kan kontradiksi sehingga perlu dibuatkan gerakan bersama seperti halnya melalui momentum International Yoga Day,” ucap Wididana yang juga Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group ini.

Untuk memulai gerakan bersama terkait pengembangan yoga, menurut Wididana, dapat melibatkan sistem pendidikan, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Setidaknya sekali dalam seminggu dilakukan kegiatan latihan yoga bersama di tiap sekolah. Selanjutnya para siswa juga dapat “menularkan” di lingkungan keluarga masing-masing. Namun, untuk efektivitas pelaksanaannya diharapkan didukung dengan regulasi tertulis dari pemerintah, seperti halnya aturan penggunaan busana adat setiap hari Kamis.

“Kalau terbiasa berlatih yoga, sehingga ada keseimbangan dalam diri manusia yakni menjadi sehat lahir dan batin antara tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul). Namun, pelaksanaan yoga di Bali sampai saat ini belum membumi,” tuturnya.

Dari delapan tahapan atau anggota tubuh yoga atau yang dikenal dengan Astangga Yoga, yang paling sering dipratikkan dan dikenal hanya Pranayama (pengendalian pernapasan). Sedangkan bagian Astangga Yoga lainnya seperti Asana (sikap tubuh atau postur yoga), Pratyahara (Penarikan indra dari objek eksternal, atau pengendalian diri dari keinginan duniawi), Dharana (konsentrasi pikiran pada satu objek atau titik, seperti simbol, dewa, atau bagian tubuh) dan Dhyana (meditasi atau pemusatan pikiran yang berkelanjutan pada satu objek, tanpa gangguan) baru sebatas “kulit-kulitnya”.

Selain melalui sekolah-sekolah, perlu dilakukan gerakan pelatihan yoga dari studio-studio yoga yang ada, yang tentunya harus memiliki guru yoga. Kemudian perlu ada kegiatan yoga massal secara berkala di lapangan, bahkan juga bisa dirancang kompetisi yoga seperti yang sudah dipraktikkan di negara lain, meski esensi yoga bukan pada kompetisi.

Wididana meyakini dengan pengembangan kegiatan yoga di Pulau Dewata, maka juga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Hal ini sekaligus mendukung tren kunjungan wisatawan yang berhubungan dengan wisata healing, melukat atau water blessing.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini