Sucipto Dwiasmoko, penggagas Gerakan Karung Sakti untuk mengolah sampah organik menjadi media tanam sekaligus pupuk dengan sentuhan EM4.

Sucipto Dwiasmoko, salah satu pemerhati lingkungan dari Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, telah menggagas Gerakan Karung Sakti untuk mengatasi sampah organik yang dihasilkan di tingkat rumah tangga, yang kemudian diubah menjadi media tanam sekaligus pupuk.

“Dengan karung sakti ini bisa menghasilkan sayur, pupuk, dan pakan yang ekonomis,” kata Cipto saat berbincang dengan tim Youtube EM Indonesia Official di Jember belum lama ini.

Cipto menceritakan gerakan “zero waste” tersebut awalnya terbersit karena melihat banyaknya sampah organik yang dihasilkan setiap hari di tingkat rumah tangga dan kebetulan saat itu ia memiliki banyak karung bekas yang tidak terpakai.

“Kita sama-sama tahu bahwa tiap hari di dapur kita menghasilkan limbah organik berupa sisa sayuran, kulit buah dan sebagainya. Di sisi lain, harga pupuk kimia mahal dan petani juga kesulitan mendapatkan biopestisida,” ujarnya.

Cipto kemudian memasukkan semua limbah organik yang dihasilkan ke dalam karung ukuran 50 kilogram, kemudian ditambah tanah. Saat ia melihat cacing yang berkeliaran di depan rumah, juga dimasukkan ke dalam karung itu. Jika karung itu isinya sudah penuh, maka pada bagian paling atas dapat menjadi media tanam untuk sayur kangkung, sawi maupun tanaman lain yang umur pendek.

Ia menambahkan, dalam satu karung ada tiga komponen yang bisa dikembangkan, yakni untuk bercocok tanam, mengolah sampah menjadi pupuk dan memelihara cacing di dalamnya. “Ini bisa disebut sistem 3 in 1. Untuk mempercepat dekomposisi ini diperlukan EM4. Cacing juga dekomposer dan suka sesuatu yang sudah busuk atau sudah terurai. Dengan dibantu EM4 ini maka proses penguraian akan semakin cepat,” ucap Cipto.

Menurut Cipto, kalau semua keluarga bisa menggunakan metode Karung Sakti ini, maka persoalan sampah organik di tingkat rumah tangga dapat terselesaikan dan sekaligus menghasilkan pupuk. Ia berkeinginan dengan Gerakan Karung Sakti ini bisa mendukung Jember Zero Waste.

Pihaknya berharap dengan semakin banyak pihak mendukung gerakan ini sehingga semakin sedikit sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. “Kalau bisa dilakukan di akar rumput mengapa harus menunggu? Solusi dalam mengatasi sampah tidak harus selalu berawal dari atas (pemerintah), bisa dari keluarga. Gerakan ini memerlukan EM4 agar bisa mengolah sampah dan cepat dimakan cacing,” katanya.

Teknologi EM4 merupakan teknologi budidaya pertanian untuk meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah dan tanaman, dengan menggunakan mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yang berasal dari alam Indonesia, bermanfaat bagi kesuburan tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman serta ramah lingkungan.

Teknologi EM ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang, dan telah diterapkan secara luas di negara-negara lain di seluruh dunia. PT Songgolangit Persada (SLP) merupakan produsen pupuk hayati satu-satunya pemegang lisensi memproduksi EM4 dari EMRO (EM Research Organization) Jepang dan memasarkannya untuk wilayah Indonesia.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini