Dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar, Dr. Putu Eka Pasmidi Ariati,S.P.,M.P. (kiri) bersama Dirut PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr dalam podcast yang ditayangkan youtube EM Indonesia Official.

Sejumlah petani di Kabupaten Bima dan Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akhirnya dapat memanfaatkan lahan-lahan tidur yang dimiliki untuk menghasilkan berbagai jenis tanaman hortikultura, berkat sentuhan teknologi irigasi tetes dan pemanfaatan Effective Microorganisms 4 (EM4) yang diperkenalkan oleh akademisi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar, Dr. Putu Eka Pasmidi Ariati,S.P.,M.P., mengatakan pihaknya berkesempatan mengedukasi para petani di Bima dan Dompu, berkat program Pengabdian Kepada Masyarakat yang bertajuk Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Bangsa).

Program Kosabangsa dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi merupakan program yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang lebih baik melalui kolaborasi antar berbagai pihak. Program ini fokus pada pengembangan dan penerapan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni) yang dihasilkan oleh perguruan tinggi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama di wilayah prioritas.

“Lokus program Kosabangsa ini adalah daerah yang tertinggal, kering dan rawan bencana,” kata Eka Pasmidi yang akrab disapa Echa ini dalam acara podcast EM Indonesia Official yang dipandu oleh Direktir Utama PT Songgolangit Persada (SLP) Dr Gede Ngurah Wididana, M.Agr.

Melalui program Kosabangsa itu, ujar Echa, para dosen dari universitas di klaster utama dapat mendampingi daerah-daerah pada klaster madya di wilayah-wilayah yang menjadi prioritas.

Menurut Echa, pada daerah Bima dan Dompu, sebenarnya daerah itu subur, hanya saja ada keterbatasan air sehingga menyebabkan banyak lahan menjadi lahan tidur, selain masih ada keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, para dosen dari berbagai disiplin ilmu masuk untuk memberikan informasi bagaimana caranya menghidupkan kembali lahan tidur.

Terkait dengan teknologi irigasi tetes, di sana disiapkan sumur yang airnya ditarik dengan pompa dan listrik. Air yang sudah ditampung, baru kemudian diteteskan ke lahan pertanian. Penggunaan selang tetes itu juga agar petani tidak lagi sibuk menyiram.

“Dengan penggunaan teknologi irigasi tetes ini, lahan tidur yang semula kering kerontang telah dapat menghasilkan berbagai sayur mayur, melon, dan semangka. Mereka juga diajarkan beternak lele dengan sistem bioflok menggunakan bambu,” kata Echa.

Tak hanya irigasi tetes, para petani juga diajarkan membuat pupuk kompos dan pupuk kandang dengan bantuan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4). Mikroorganisme dalam EM4 betul-betul berperan untuk mengurai untuk mempercepat pengomposan.

“Kalau petani tidak diedukasi, maka lahan petani akan tetapi menjadi lahan tidur. Tetapi dengan program Kosabangsa, lahan yang semula tandus menjadi subur dan masyarakat mampu menerapkan teknologi yang diberikan,” tutur Echa.

Teknologi EM4 adalah teknologi budidaya pertanian untuk meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah dan tanaman, dengan menggunakan mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yang berasal dari alam Indonesia, bermanfaat bagi kesuburan tanah, pertumbuhanan dan produksi tanaman serta ramah lingkungan.

EM4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri Asam Laktat (Lactobacillus Sp), Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas Sp),Actinomycetes Sp, Streptomyces SP dan Yeast (ragi) dan Jamur pengurai selulose, untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa organik yang mudah diserap oleh akar tanaman. Teknologi EM4 ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang, dan telah diterapkan secara luas di negara-negara lain di seluruh dunia.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini