Dirut PT Songgolangit Persada (SLP) Dr. Wididana bersama presenter Dimas saat melakukan podcast di kantor pemasara SLP, Jalan Letda Kajeng, Yangbatu Denpasar.

Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP) Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr mengatakan pihaknya tulus mengembangkan teknologi Effektive Microorganism 4 (EM4) di Indonesia melalui berbagai upaya edukasi dan peningkatan kualitas produk sehingga bisa tetap eksis sampai saat ini.

“Dengan produk organik, masyarakat bisa menjadi sehat, terlebih kebutuhan masyarakat sekarang bukan hanya perutnya yang penuh tetapi juga kesehatan, kebugaran dan kecantikan,” ujar Wididana saat menjadi narasumber dalam podcast EM Indonesia Official bersapa presenter Dimas.

Wididana yang biasa disapa Pak Oles ini menceritakan ia mendapat kepercayaan dan satu-satunya pemegang lisensi untuk melanjutkan pengembangan teknologi Effective Microorganism (EM4) di Indonesia dari penemunya Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar Bidang Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang.

Saat awal merintis di era 1990-an, meskipun banyak mendapatkan penolakan, Wididana terus berusaha mengembangkan EM4 dan juga mempelopori pertanian organik di Indonesia. “Saya fokus mengembangkan EM4 secara pelan-pelan, sampai ketemu bentuk yang tepat, yang tentunya tetap berbasis teknologi EM yang ditemukan oleh Prof Teruo Higa kemudian dikembangkan untuk pertanian, peternakan, pengolahan limbah dan membuat pupuk Bokashi Kotaku,” tutur Alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990).

Selanjutnya hal tersebut juga diajarkan kepada para petani dari berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, melalui Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) yang didirikan di Desa Bengkel, Busungbiu,Kabupaten Buleleng, Bali juga telah melatih ribuan petani, siswa,  mahasiswa dan pemerhati pertanian tentang pertanian organik dan teknologi EM. “Saya tulus mengembangkan teknologi EM ini bukan untuk bisnis, tetapi untuk masyarakat Indonesia yang saat itu gencar-gencarnya menggunakan produk Kimia,” kata pria yang biasa disapa Pak Oles ini.

Selain itu, Pak Oles juga menggandeng berbagai lembaga penelitian dan kalangan kampus untuk meneliti bagaimana efek EM4 bagi tanah dan lingkungan secara umum, serta menggelar berbagai seminar. “Memang prosesnya lama dan bahkan sampai dikatakan melawan arus. Namun, kami buktikan dengan data, dengan penelitian-penelitian dan hasil penelitian,” ujarnya.

Wididana mengaku sangat menikmati proses pengembangan EM4 di Indonesia, karena memang sedari awal konsepnya bukan sebatas untuk menjual, produksi lalu mendapatkan keuntungan. Tetapi, dia menganaologikan melihat prosesnya seperti proses merawat anak mulai dari bayi, dari proses menyusui, memberi makan, melihatnya tumbuh dan berkembang, serta mendidiknya agar nanti menjadi anak yang baik.

Akhirnya, perjuangan Wididana selama puluhan tahun ini berbuah manis dan bisa dimanfaatkan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Masyarakat dan para petani telah banyak teredukasi mengenai pentingnya pertanian organik dan manfaat EM4.

“Apalagi hal ini didukung oleh tren dunia terkait produk pertanian organik yang telah menjadi kebutuhan. Makanan yang sehat dari hasil pertanian organik dan lingkungan yang sehat, tidak saja bermanfaat untuk diri sendiri. Namun, hal ini juga dapat menekan biaya-biaya pengeluaran pemerintah untuk biaya pengobatan kesehatan,” katanya.

Dengan penggunaan produk EM4 pada pertanian, perikanan dan peternakan, tak hanya mendukung pertanian organik, tetapi sekaligus berkontribusi dalam memberikan harga produk yang masuk akal kepada petani karena proses produksi menjadi efisien. Teknologi EM mendukung keberhasilan pertanian organik, dengan menyuburkan tanah secara organik, mencegah berkembangnya hama penyakit tanaman dan hewan, serta membersihkan lingkungan pertanian.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini